Sekelumit Kisah tetang Sunan Kudus

Sunan Kudus atau yang bernama lengkap Syekh Ja'far Shodiq lahir di Palestina, tepatnya kota Al Quds/ Yarussalam. Beliau merupakan keturunan Rasulullah dari garis Sayyid Hasan bin Sayyidah Fatiman binti Nabi Muamad SAW. (Nasab lengkapnya bisa dilihat di wikipedia. Tapi jangan percaya untuk cerita babadnya, agak ngawur).
Syekh Ja'far Shodiq dakwah ke bumi nusantara diutus langsung oleh sang raja. Dan sunan Kudus juga diberi misi untuk mendirikan masjid di nusantara. Oleh karenanya, sebelum keberangkatan, Syekh Jafar Shodiq dikasih batu oleh sang raja yang  terukir kalimat thoyyibah, agar kelak dijadikan Syekh Jafar Shodiq sebagai penanda berdirinya sebuah masjid.

Dulu nama kotanya bukanlah Kudus, tapi Tajug. Dan saat Syekh Jafar Shodiq datang ke Tajug, ada satu kyai lokal yang sangat terkenal dan punya banyak murid, ialah Kyai Telingsing. Dia adalah kyainya bagi umat hindu, bukan islam. Karena sunan kudus penasaran dengan kyai telingsing, kok punya banyak murid, dari situlah kelihaian sunan kuus dalam berdakwah dimainkan.
Alih-alih langsung memberitahukan tentang agama islam kepada khayalak, sunan kudus justu "daftar" jadi muridnya Kyai Telingsing. Ya, sunan kudus menyamar menjadi muridnya kyai telingsing, jadi santri.

Hari terlewati demi hari. Dan memang sudah dari sananya adalah orang yang cerdas, saat menjadi santrinya Kyai Telingsing pun, Sunan Kudus merupakan murid yang cerdas diantara teman-temannya. Bahkan sampai menjadi murid kesayangannya Kyai Telingsing.

Dengan bertahap dan pelan-pelan, sambil menyelam minum air,  sunan kudus pun memulai "aksinya". Seperti halnya Aisyah istri fir'aun yang berucap innalillah saat sisirnya jatuh. Sunan Kudus pun kurang lebih demikian. Jika ada benda yang jatuh, secara refleks dan disengaja sunan kudus berucap innalillah. Atau berucap bismillah jika mengawali sesuatu, alhamdulillah jika mengakhiri kegiatan, dan subhanallah jika menjumpa ketakjuban. Dan kalimat-kalimat pujian pendek lainnya.

Tentu saja, lama-lama hal itu membuat teman-temannya penasaran, termasuk sang Kyai. "Mengapa kau berucap demikian?" Begitulah kira-kira pertanyaan yang mereka lontarkan. Dari situlah, sunan kudus mulai "aksinya" mengenalkan islam. Syekh Ja'far Shodiq menjelaskan mengapa ia berucap demikian dan demikian. "Oh, begitu tho." Ujar mereka. Uraian g dijelaskan Syekh Ja'far Shodiq menarik, dan bisa diterima oleh mereka.

Hingga akhirnya, pada suatu hari, Kyai Telingsing dan semua santrinya bersedia masuk islam. Tapi ada satu hal yang ingin ditanyakan oleh Kyai Telingsing.
"Hindu mensucikan sapi. Bagaimana nanti dengan Islam?"
"Anak cucuku akan kularang menyembelih sapi." Ujar sunan kudus penuh toleran. Dan kalimat itu
membuat Kyai Telingsing bahagia. Mulai saat itu, Kyai Telingsing dan semua santrinya bersedia masuk islam. Dan sejak saat itu pula, masyarakat Kudus, khususnya yang berfaham sunni (NU), tidak berani menyembelih sapi.

Dan kelak, nama Tajug diganti oleh Syekh Jafar Shodiq menjadi Kudus, terinspirassi dari kampung halamannya Al Quds. Dan masjid Al Aqsho yang didirikan oleh Syekh Jafar Shodiq, juga  terinspirasi dari masjid Al Aqsho yang ada di Palestina, yang saat ini sudah dikuasai oleh Yahudi. Dan batu yang dibawa sunan kudus pemberian dari sang raja, hingga saat ini masih terpampang dengan jelas di atas tempat imam sholat yang berada di masjid Al Aqsho, menara kudus.

Ya Allah, lindungilah bangsa Palestina dari musuh-musuh Islam, selamatkanlah mereka, karuniakanlah mereka, dan berilah mereka kedamaian. Amin....


Catatan Tambahan:
-Konon kata tiyang sepuh (tetua). Jika ada keturunan rasulullah (durriyah) dari garis Sayyid Hasan, maka cara berdakwahnya halus, kalem. Sementara jika dari garis keturunannya Sayyid Hussein, maka berdakwahnya agak keras. Memang pernyataan itu ada benarnya, meski tidak semuanya. Sebut saja Habib Rizieq. Lantaran dari Sayyid Hussein, cara berdakwahnya agak cenderung keras. Beda lagi dengan para wali, yang banyak dari mereka dari Sayyid Hasan, jadi dakwahnya kalem. Dan yang jelas, mau cara keras ataupun kalem, mereka semua adalah orang sholeh yang ingin menegakkan islam. Dan semoga kita semua termasuk golongan orang-orang sholeh.
Dan yang masih jadi pertanyaanku adalah, mengapa para wali tidak dipanggil habib/ sayyid, mengingat banyak dari mereka adalah durriyahnya rasul. Dan dari sini juga bisa disimpulkan, ternyata Mbah Asnawi, Mbah Tur, dan banyak kyai lainnya ternyata durriyahnya rasul, karena mereka keturunannya sunan kudus. Wallahu A'lam.

-Kyai Telingsing (The Ling Sing) berasal dari Yunnan, Tiongkok, merupakan seorang ahli seni lukis dari Dinasti Sung yang terkenal dengan motif lukisan Dinasti Sung, juga sebagai pedagang. Sudah berada di Tajug saat abad 15, dan ia merupakan cikal bakal Tionghoa di Kudus. Jadi jangan heran, jika Anda ke Kudus, akan banyak berjumpa dengan wajah blesteran jawa-china, maupun orang china tulen.

-Kalimat yang diucapkan sunan kudus berupa larangan menyembelih sapi, bukanlah kalimat hukum, tapi hanya sebatas larangan sebagaimana dokter yang melarang pasiennya yang mempunyai penyakit darah tinggi untuk jangan makan kambing. Dan didalam kalimatnya juga mengandung mantiq: Dilarang menyembelih saja. Artinya masih boleh makan. Ya, tetu saja. Meski begitu, walaupun kata banyak orang daging sapi itu enak, tapi jika kau hadapkan daging sapi dan daging kerbau pada orang kudus asli, insyaallah masyarakat kudus akan memilih kerbau, karena lidahnya sudah terbiasa dengan kerbau. Dan bahkan aku tak pernah makan daging sapi secara langsung. Kalaupun iya, paling-paling cuma pengrasa, seperti sosis rasa sapi. :D Wajar saja jika kau berkunjung ke Kudus, teramat sangat sulit menemukan warung yang menjual daging sapi.

-Dulu ada tokoh Islam Kudus, bule, yang berani menyembelih sapi di kompleks menara kudus. Sapinya sendiri dari sumbangan seorang warga Jepara. Menanggapi hal itu, oleh para kyai kudus sudah melarangnya, tapi bule itu tetap nekad. Akhirnya disembelih beneran lah sapi tersebut. Dan Qadarullah, seminggu kemudian, dagingnya habis. Eh, bulenya meninggal dunia.  Dan ini adalah kisah nyata, terlepas dari sebuah kebetulan atau tidak.
Sekedar tambahan, percaya beginian bukanlah syirik, bukanlah menyekutukan Allah, dan bukanlah mempercayai ada kekuatan lain selain Allah. Ini seperti melanggar larangan orang tua, "nak kalau naik motor jangan ngebut-ngebut, bahaya." Tapi anaknya masih ngelangggar, nebut naik motor. Dan akhirnya anaknya kuwalat berupa kecelakaan beneran, karena tak mengindahkan larangan orangtuanya.
Wallahu A'lam....

Besar sekali, hutang Kota Kudus kepada Bangsa Palestina. Dan selamanya seorang anak tak bakal mampu membalas jasa orang tuanya, begitu juga Kudus yang tak bakal mampu membalas jasa Al Quds.  Karena berkat kalian lah, berkat lingkungan kalian lah, berkat ulama-ulama kalian lah, berkat budaya-budaya kalian lah, berkat halaqoh-halaqoh kalian lah, berkat kegigihan dalam dakwah kalian lah, berkat keistiqomahan kalian lah, berkat ketaatan pada sunnah kalian lah, berkat raja kalian lah, berkat do'a kalian lah, dan masih banyak lagi kebaikan kalian yang tak bisa kusebutkan satu-satu: Bangsa Indonesia, terkhusus Kudus, bisa menjadi masyarakat islam. Dan sudah seyogyanya, kebaikan apapun yang diciptakan masyarakat Kudus maupun bangsa Indonesia, kalian lebih berhak mendapatkan pahala wahai Palestine yang lebih besar. Tanpa kalian, tentu semua ini tak pernah terjadi. Semoga, dari Kudus Indonesia maupun Al Quds Palestine, lahirlah lagi seseorang seperti Syekh Ja'far Shodiq, yang menyebarkan islam ke belahan bumi lain. Dan semoga keselamatan, karunia, dan kebahagiaan selalu tercurah kepada kalian sebagaimana Allah telah memberi itu semua kepada orang-orang sholeh. Amin....


Sekian dari saya. Adaikata aa sebuah kesalaha dari artikel di atas, semata-mata adalah kelalaianku, dan semoga Allah mengampuninya. Dan harapku, semoga kalian membaca ini Ya Palestine.