Doraemon dan Dua Takdir

Agak banyak telat memang, aku menonton film Doraemon, "Stand By Me". Tapi apa boleh buat....

Fase awal aku menonton, dan inilah perasaanku pada fase-fase berikutnya, agak kecewa, terutama dengan tema yang diambil. Percintaan. Mengapa harus percintaan? mengapa tidak hal lainnya seperti petualangan seperti yang sudah-sudah? Kan lebih seru: ada tekanan emosionalnya, syarat pesan moral, dan "keliaran" imajinasi setting tempatnya.


Tapi cinta? Hmm. Paling gitu-gitu saja. Dan kenyataannya memang begitu. Lumayan mainstream, membuat emosionalnya kurang teraduk. Dan sebenarnya aku juga ingin bilang: plotnya kurang kuat. Inti dari tema ini adalah perpisahan. Tapi mayoritas kesan yang terjadi di film ini, menurutku, bukan pada perpisahannya melainkan pada percintaannya, perjalanan percintaan Nobita. Memang masih menyambung antara cinta-pisah, tapi keduanya seolah punya "roh" sendiri-sendiri, atau boleh dibilang dua tema yang digabungkan jadi satu. Anyway, memang dikarenakan akhir ceritanya tentang perpisahan, wajar kalau kesan yang diperolah dari penonton,

Dan meskipun, ceritanya agak mainstream dan secara selera aku kecewa. Tapi harus diakui alurnya menarik dan membuat penasaran, sehingga tidak bosan ditonton.

Sesuai rating yang ada di IMDB, 7,4 menurutku cocok lah tersematkan pada film Doraemon yang terakhir ini. Lumayan.

Ada yang unik dari film ini, yaitu Nobita punya dua takdir. Ya, diceritakan bahwa takdir Nobita ada dua. Yang kalau Nobita mau rajin, akan menikah dengan Shizuka. Tapi kalau malas, akan menikah dengan siapa itu, aku pun tak tahu namanya, yang jelas perempuan berbadan gemuk. Jadilah, mengetahui takdirnya simpang-siur, Nobita berusaha menjadi anak rajin,  agar bisa menikah dengan wanita pujaannya.

Dan tahukah kalian, kalau kehidupan manusia juga punya dua takdir!

Sudah mafhum bagi umat islam, dan tertera di Al Qur'an berkali-kali, kalau takdir manusia sudah ditentukan oleh Allah, yang mana catatannya berada di Lauh Mahfuz, dan itu tak mungkin bisa berubah. Jadi, semisal ada orang miskin kemudian kaya, bukan berarti dia telah merubah takdir. Tapi memang takdinya yang tertera ddi Lauh Mahfuz ditulis Allah seperti itu.

Dan meski begitu, meski takdir manusia sudah ditentukan oleh Allah. Tapi tahukah kalian bahwa manusia dibuatkan dua takdir!?

Hmm. Eh tapi tunggu dulu. Sebenarnya memang sih, takdir manusia yang tertera di Lauh Mahfuz hanya ada satu. Tapi catatan takdir yang dibawa oleh malaikat Izroil, malaikat pencabut nyawa, justru ada dua.

Ya. Malaikat membawa dua takdir yang ada pada diri kita. Satu, takdir jika kita memilih menjadi baik: maka nasibnya akan mati di sini, usia segini. Dan yang kedua, takdir jika kita memilih menjadi jelek. Maka akan mati di sana, usia "segana"? :v

Masih bingung? Misalkan saja, takdir yang dibawa Malaikat Izroil tentang Si Mustofa ada dua kemungkinan. Yang pertama, jika dia jelek, maka akan meninggal di Sungai usia 17 dalam keadaan mabuk. Tapi jika baik, maka akan meninggal di Madinah usia 75 tahun.

Di situ malaikat Izril mengawasi si Mustofa. "Eh ternyata Si Mustofa sudah berumur 17 tahun." Ujar Malaikat Izroil (umpama ya :D ) Maka menengoklah malaikat Izroil ke si Mustofa. Tapi yang bersangkutan ternyata saat berumur 17 tahun orangnya baik, dan tidak kecemplung sungai. Maka malaikatnya pun tidak jadi mencabut nyawanya, opsi pertama lewat. Maka malaikat maut pun sudah bisa memastikan, bahwa Mustofa akan meninggal dalam opsi yang kedua. Dan opsi yang kedua itulah yang sama takdirnya dengan yang tertulis di Lauh Mahfuz.


Ya. Bahkan malaikat pun, masih belum diberi tahu oleh Allah secara pasti, akan seperti apa nasib seseorang. Apalagi diri kita sendiri.

Ya Allah Ya Huda, Tetapkanlah diri ini selalu dalam petunjukmu. Amin....